Selama tiga tahun terakhir ekonomi NTB mengalami pertumbuhan yang progresive yaitu 2,63% tahun 2008, 8,99% tahun 2009, dan 11.30% (hingga triwulan III tahun 2010). Tingginya pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat (PDRB seluruh sektor) dalam 3 (tiga) tahun terkahir didorong oleh akselerasi kinerja ekspor (pertambangan) yang tumbuh signifikan.Kegiatan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan lembaga swasta nirlaba menunjukkan pertumbuhan yang positif.
Tulisan ini bermaksud memberikan beberapa catatan agar lebih hati-hati dalam melewati sisa Tahun 2010 yang tinggal 13 (tiga belas) hari lagi ini sekaligus renungan dalam Hari Ulang tahun Propinsi NTB ke 52 yang kita peringati dan dipusatkan di Tanjung Lombok Utara hari ini, sehingga bisa menyiapkan langkah terobosan untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Artikel ini diawali dengan memaparkan kinerja ekonomi semester III 2010 dan prediksi Triwulan Kinerja Perekonomian Semester IV (Oktober-Desember) 2010 dilanjutkan dengan kinerja sektoral dan isu isu stratgis serta diakhiri dengan usulan langkah Antisipasi dalam menghadapi tantangan Tahun 2011. Keseluruhan analisa ini menggunakan data Resmi BPS, Kajian Ekonomi Regional Bank Indonesia, dan estimasi Penulis.
Kinerja Ekonomi NTB
Pertumbuhan ekonomi daerah mengkonfirmasi perkembangan ekonomi nasional yang meningkat. Dalam peta pertumbuhan nasional Triwulan III-2010, Wilayah Sumatera dan Sulampua (Sulawesi, Maluku dan Papua) diestimasi terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi, bersumber dari membaiknya kinerja perkebunan dan pertambangan terutama dipengaruhi oleh peningkatan harga. Sementara itu, ekonomi Jakarta, Jabalnustra, dan Kalimantan diperkirakan masih dapat tumbuh cukup tinggi – di atas 6% – terutama dipengaruhi oleh meningkatnya kinerja sektor industri pengolahan dan sektor bangunan.
Data Bank Indonesia, pada periode yang sama (triwulan III-2010) perekonomian Nusa Tenggara Barat (NTB) tumbuh dalam level yang tinggi mencapai 11,30%, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan nasional dan pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan III-2009 yang tercatat sebesar 7,79%, namun sedikit lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 11,93%. Dari sisi permintaan, tingginya pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat didorong oleh akselerasi kinerja ekspor (pertambangan) yang tumbuh signifikan. Kegiatan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan lembaga swasta nirlaba menunjukkan pertumbuhan yang positif. Sedangkan kinerja investasi yang tercermin dari pembentukan modal tetap bruto mengalami penurunan. Dari sisi penawaran, dari 3 sektor dominan di NTB hanya sektor pertambangan yang meningkat signifikan sedangkan sektor Pertanian dan sektor Pariwisata, Hotel, dan Restoran (PHR) relatif melambat. Tren peningkatan harga komoditas tembaga mendorong kinerja sektor pertambangan tumbuh signifikan dan menjadi sektor utama penggerak perekonomian NTB.
Tingginya pertumbuhan ekonomi NTB dalam tahun 2010 di dongkrak oleh tingginya pertumbuhan sektor pertambangan. sektor Pertambangan. Secara tahunan, sektor ini mengalami pertumbuhan fantastis mencapai 41,50% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh sebesar 35,09%. (yoy). Tingginya pertumbuhan sektor Pertambangan dikonfirmasi oleh data prompt indicatora jumlah produksi konsentrat tembaga yang merupakan komoditas utama sektor pertambangan yang kembali mengalami peningkatan signifikan. Sepanjang triwulan III-2010, total produksi konsentrat tembaga mencapai 287,57 ribu ton, tumbuh sebesar 25,23% (yoy) dibanding dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar 229,63 ribu ton.
Kinerja sektor Pertanian mengalami perkembangan yang relatif melambat, dimana pada triwulan III-2010, sektor ini tumbuh sebesar 0,03% (yoy). Cuaca yang tidak kondusif sebagai dampak anomali cuaca menyebabkan terjadinya musim kemarau basah pada triwulan III-2010 lalu dengan intensitas curah hujan yang tinggi. Kondisi tersebut mengakibatkan menurunnya kualitas dan kuantitas hasil pertanian yang rentan terhadap kondisi iklim. Selain itu, serangan hama (wereng dan kresek) memberikan dampak negatif terhadap produktivitas lahan pertanian dan tingginya gelombang laut turut menahan laju pertumbuhan sektor ini. Berdasarkan angka ramalan (ARAM) III 2010, produksi padi dan jagung di NTB diperkirakan mengalami penurunan sedangkan kedelai mengalami peningkatan. Jumlah produksi padi sepanjang 2010 turun sebesar 4,90% (yoy) dari 1,87 juta ton gabah kering giling (GKG) pada tahun 2009 menjadi 1,78 juta ton GKG. Kondisi tersebut disebabkan oleh turunnya tingkat produktivitas tanaman padi sebesar 2,54% dari 49,98 kwintal per hektar menjadi sebesar 47.44 kwintal per hektar. Sementara luas lahan panen padi justru meningkat, dari 374,3 ribu hektar pada tahun 2009 menjadi 375,08 ribu
Tren perlambatan kinerja kembali dialami oleh sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR). Pada triwulan III-2010, sektor PHR tumbuh sebesar 2,43% (yoy), jauh melambat dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu yang tercatat mencapai 13,08% (yoy). Perlambatan tersebut disebabkan oleh menurunnya kinerja sub sektor perdagangan yang diakibatkan turunnya produksi hasil pertanian yang merupakan komoditas utama perdagangan NTB. Sementara itu, perkembangan kinerja sub sektor hotel dan restoran juga menunjukkan perlambatan. Kondisi tersebut tercermin oleh prompt indicator perkembangan tingkat hunian kamar (TPK) dan rata-rata lama tamu menginap yang menunjukkan penurunan. Sepanjang triwulan III-2010, ratarata tingkat hunan kamar hotel berbintang di NTB mencapai 46,75 atau turun sebesar 8,74% dibanding periode yang sama tahun lalu yang tercatat mencapai 51,22. Sedangkan, rata-rata lama tamu yang menginap di hotel berbintang mencapai 2,54 hari, turun sebesar 8,95% dibanding triwulan III- 2009 yang mencapai 2,79 hari.
Kinerja investasi di NTB menunjukkan penurunan, setelah beberapa triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Pada triwulan III-2010, kegiatan investasi mengalami pertumbuhan negatif atau terkontraksi sebesar 4,11% (yoy), jauh lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu dan triwulan sebelumnya yang masing-masing tumbuh mencapai 14,73% (yoy) dan 8,75% (yoy) Terbatasanya ketersediaan infrastruktur penunjang kegiatan investasi seperti sumber daya listrik, akses jalan dan jaringan telekomunikasi masih menjadi persoalan yang menghambat pertumbuhan investasi di NTB. Selain itu, belum selesainya mega proyek infrastruktur seperti Bandara Internasional Lombok dan pembangunan PLTU Jeranjang diperkirakan turut mempengaruhi perilaku investor yang menunda kegiatan investasi.
Prospek Akhir Tahun
Berdasarkan Survey Dunia Usaha Bank Indonesia Mataram Pada triwulan IV-2010, perekonomian Nusa Tenggara Barat diperkirakan mampu menunjukkan kinerja yang relatif stabil dan tumbuh tinggi pada kisaran 8,5%-9,0% (yoy) sehingga keseluruhan tahun 2010, pertumbuhan NTB pada kisaran 11,5%-12,0% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi NTB masih didukung oleh akselerasi kinerja ekspor (konsentrat tembaga) yang tumbuh tinggi seiring dengan semakin membaiknya perekonomian dunia dan tren peningkatan harga komoditas mineral di pasar internasional. Kegiatan konsumsi diperkirakan tetap tumbuh positif yang didukung oleh terjaganya daya beli masyarakat yang tetap kuat. Percepatan realisasi belanja daerah di triwulan IV-2010 khususnya pada pos belanja langsung diyakini turut mendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi pemerintah.
Dari sisi penawaran, sektor-sektor andalan NTB khususnya sektor pertambangan diperkirakan masih tetap tumbuh tinggi yang didukung oleh menguatnya permintaan global akan komoditas tembaga. Kinerja sektor pertanian diperkirakan tumbuh melambat akibat anomali cuaca berupa hujan deras dan panas yang tiba-tiba sehingga menurunkan kualitas hasil pertanian. Sektor perdagangan, hotel & restoran (PHR) diperkirakan meningkat yang didorong oleh kinerja sub sektor perdagangan dan kinerja sub sektor perhotelan seiring membaiknya daya beli masyarakat dan momentum perayaan hari keagamaan dan tahun baru. Sementara kinerja sektor-sektor lainnya, diperkirakan tumbuh positif sejalan dengan perkembangan kinerja sektor andalan NTB.
Pemerintah NTB sendiri secara explisit telah mematok angka target pertumbuhan ekonomi per sector yang ingin dicapai hingga tahun 2013. Dengan situasi nasional seperti melesetnya asumsi APBN/APBD,meningkatnya defisit, dan kondisi pembiayaan yang terbatas di dalam NTB sendiri saya yakin bahwa pertumbuhan ekonomi sector andalan (Pariwisata, Hotel, Restoran dan pertanian) yang ditargetkan akan sulit dicapai dengan mudah.
Prospek sektoral ekonomi NTB pada akhir tahun 2010 dan tahun 2011 saya pikir tidak akan tumbuh terlalu signifikan. Seperti yang diperkirakan oleh banyak kalangan pertumbuhan signifikan akan terjadi pada sektor Hotel & Restauran, perdagangan keuangan dan jasa karena peningkatan wisatawan akhir tahun tapi pertumbuhan akan stagnan pada sektor pertanian karena kemarau panjang yang biasa terjadi. Tapi secara keseluruhan (semua sector) sangat tergantung pada sektor pertambangan, sementara sektor ini tidak menyentuh secara langsung kehidupan mayoritas penduduk NTB yang masih menggantungkan hidupnya di sector pertanian. Sasaran pertumbuhan sector pertanian dalam arti luas itu masih di bawah yang dibutuhkan untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan secara berarti.
Beberapa Langkah Antisipasi
Berbicara pertumbuhan ekonomi sebenarnya berbicara tentang produksi, konsumsi dan distribusi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketiga proses tersebut di NTB sehingga prosesnya menjadi lambat. Sejumlah kendala yang dihadapi dalam proses pembangunan ekonomi di NTB menyangkut: pertama kualitas infrastruktur yang kurang memadai dan kurangnya pasokan energi. Idealnya, diperlukan sinergi dan konsistensi kebijakan pemerintah yang didukung oleh semua elemen masyarakat untuk melakukan langkah-langkah “progresive” untuk dapat memacu pertumbuhan ekonomi pada sector pertanian dan pariwisata.
Pilihan strategi jangka “menengah” untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan yang lebih pro rakyat ( Pertumbuhan diluar sector pertambagan) adalah :
Pertama, Perlu segera mempercepat penyediaan infrastruktur & pembangunan Pembangkit tenaga Listrik yang telah disepakati dengan Investor beberapa waktu yang lalau sebagai solusi permanen masalah energi. Masalah energi listrik adalah masalah yang sangat mendasar dalam memacu perekonomian NTB. Kita tak akan pernah bisa berharap Investor akan masuk tampa ada energi listrik yang cukup memadai untuk kebutuhan investasi. Selalu saja investor menanyakan keberadaan infrastruktur yang memadai dan energi sebelum memutuskan berinvestasi di NTB. Buktinya jelas terja kontraksi pertumbuhan investasi sebesar 4,11% (yoy) pada triwulan III-2010.
Kedua, Sekali lagi perlu penyederhanaan proses perizinan investasi dan perbaikan iklim investasi sehingga akan lebih menarik bagi investor untuk berinvestasi. kontraksi pertumbuhan investasi sebesar 4,11% (yoy) pada triwulan III-2010 menunjukan belum optimalnya kinerja pemerintah daerah dalam bidang ini. Dengan minimnya Investasi PMDN & PMA selama tahun 2010 maka yang perlu diandalkan adalah Investasi swasta dan masyarakat NTB.
Ketiga berikan insentif Investasi kepada sektor swasta. Berikan peluang dan kemudahan berusaha, eliminasi hambatan birokrasi, merampingkan proses perijinan sehingga tercipta iklim berusaha yang kondusif. Strategi pada sektor swasta harus didasari dengan pemahaman bahwa sektor swasta merupakan asset daerah dalam ikut memberikan sumbangan besar bagi upaya ke arah kemandirian daerah. Lebih jauh, sektor swasta perlu ditingkatkan dan diberi pembinaan serius karena peranannya sebagai agent of development.
Keempat, Efektivitas Lembaga Promosi Lombok Sumbawa & KAPET BIMA sebagai lembaga fasilitator “penarik Investasi’’ perlu di dilakukan. Insentive Fiskal perlu diberika kepada sektor ekonomi yang berpontensi untuk berkembang. Perlu didorong Percepatan penerbitan Peraturan Presiden sebagai pengganti KEPRES 150 Tahun 2000 tentang percepatan kelembagaan 13 (tiga belas KAPET) termasuk KAPET Bima yang meliputi Kab. Bima, Kab. Dompu, dan kota Bima yang sekarang mangkrak di meja Presiden sejak tahun 2009. Padahal seluruh Gubernur di 13 Propinsi yang ada KAPET nya sudah menulis surat kepada Presiden dan Menteri Koordinator Perekonomian sebagai Ketua KAPET PUSAT.
Kelima, Diperlukan konsistensi kebijakan pemerintah daerah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi seperti meninjau ulang beberapa PERDA yang diperkirakan menjadi penyebab ekonomi biaya tinggi dan panjangnya proses perizinan dan dalam waktu yang bersamaan terus melaksanakan Good Governace dan peningkatan profesinalisme aparat pemerintah. Pelaksanaan pemerintahan yang bersih jujur dan bebas KKN serta pelaku bisnis yang memegang teguh etika bisnis merupatkan prasyarat untuk memajukan sektor swasta.
Keenam, Pemanfaatkan keunggulan komparasi yang dimiliki perekonomian NTB. Secara makro NTB relatif efisien dibandingkan dengan beberapa propinsi di KTI. Hal ini dapat terlihat dari adanya perbaikan angka Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yang menggambarkan berapa rupiah modal yang diperlukan untuk menghasilkan output Rp1. Angka ICOR untuk NTB khususnya sektor industri sebesar 4,13 menunjukan bahwa untuk menghasilkan tambahan (increment) Rp 1 output diperlukan tambahan modal hanya Rp 4.13. Peningkatan efisiensi ini harus dipertahankan dengan terus memperbaiki kualitas SDM yang pada saat ini belum memadai.
Ketujuh, Di sektor pertanian perlu upaya “lebih serius” memperbaiki hal-hal yang terkait dengan sektor pertanian. Sektor ini dikenal memberikan value added yang relatif rendah, karena berlakunya kaidah diminishing return di sektor pertanian. Tahun ini sektor pertanian kita berada dalam tahun tersulit.
Kedelapan, Peningkatan peran perbankan. Berdasarkan Laporan BI Triwulan III-2010 bahwa angka Loan to Deposito Rratio (LDR) di NTB telah meningkat pesat dibandingkan dengan periode sebelumnya. Angka LDR 113 % menunjukan bahwa 113% total tabungan Masyarakat NTB dikembalikan lagi dalam bentuk kredit dan itu sekaligus menandakan fungsi intermediasi perbankan NTB relatif baik. Tetapi harus dicatat bahwa lebih dari 8 triliun kredit yang disalurkan oleh perbankan di NTB lebih dari 50% didominasi oleh Kredit Konsumsi dan hanya sekitar 10% saja yang berupa kredit Investasi. Khusus untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) Fakta yang ada menunjukkan penyaluran KUR belum sesuai harapan pemerintah, dimana realisasi penyaluran KUR secara nasional baru mencapai Rp6,3 triliun (posisi Agustus 2010) dari target kredit tahun 2010 sebesar Rp18 triliun. Di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), penyaluran KUR juga rendah, dengan baki debet sebesar Rp128,216 miliar posisi September 2010 atau 53% dari target tahun 2010 sebesar Rp242,329 miliar. Rendahnya angka penyaluran KUR di NTB, terutama disebabkan karena perbankan menganggap banyaknya UMKM yang belum memenuhi kelayakan usaha, yang merupakan syarat utama dalam penyaluran KUR. Selain itu, masih banyak UMKM yang potensial untuk dibiayai (feasible) namun kesulitan untuk mengakses KUR ke bank karena kurangnya pengetahuan dan kemampuan mereka dalam pembuatan proposal kredit, yang sebenarnya dapat difasilitasi oleh peran KKMB (Konsultan Keuangan Mitra Bank) sebagai pendamping dalam mengakses kredit ke perbankan.
Kesembilan, Di Sektor Tenaga Kerja, pemerintah perlu segera menyusun strategi ketenaga kerjaan yang tepat karena sektor ini menyuntik cukup dana segar bagi ekonomi NTB. Masih ada ruang untuk meningkatkan 1 miliar remitent per hari yang dikirim oleh lebih dari 80.000 TKI yang bekerja di luar negeri saat ini. Minimal mengembalikan pada posisi 1,8 miliar per hari seperti pada tahun lalu.
Seluruh upaya tersebut diharapkan akan meningkatkan Peranan ekspor dan investasi dalam pertumbuhan ekonomi sehingga pertumbuhan ekonomi lebih sustainabel. Selanjutnya pertumbuhan ekonomi lebih diarahkan kepada sektor-sektor yang banyak menyerap tenaga kerja, sehingga kemampuan daya serap pertumbuhan ekonomi terhadap tenaga kerja semakin tinggi. Dengan demikian produktivitas sektor ekonomi akan semakin meningkat sehingga aktivitas perekonomian menjadi lebih efisien dan mempunyai daya saing tinggi. Apalagi posisi daya saing ekonomi NTB berada pada peringkat 23.
Remarks
Pertumbuhan ekonomi yang lebih berkualitas (tidak bertumpu pada sector pertambangan) di daerah ini diperlukan untuk mengisi makna pembangunan ekonomi sebagai suatu proses peningkatan pendapatan masyarakat secara terus menerus disertai dengan penurunan tingkat kemiskinan dan pengurangan ketimpangan distribusi pendapatan. Dan itu bukan kerja pemerintah saja tapi kerja kita semua.
———————————–
*)DR. Iwan HARSONO,SE.,M.Ec, Alumni School of Economics University of New England dan Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Mataram. Dapat dihubungi di email : iwanharsono@unram.ac.id
Leave a Reply